Dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan kedua meningkat dengan peningkatan usia ibu.23Choudhary P dalam penelitiannya menemukan bahwa eklampsia lebih banyak (46,8%. Faktor lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi pada kehamilan. Pada wanita dengan sosioekonomi baik memiliki risiko. Pada subyek penelitian yaitu wanita preeklamsia berat/eklamsia yang. Dalam penulisan ini bertujuan untuk membahas mengenai patofisiologi. Resiko kardiovaskuler lain seperti usia, hipertensi, diabetes, merokok, dan dislipidemia.
Sebagian besar penderita PE tidak merasakan keluhan Sebagian merasa bahwa kesehatannya baik-baik saja dan terheran-heran tatkala tiba-tiba disuatu saat banyak orang berada disekitarnya setelah dia sadar dari coma pasca kejang. KELUHAN YANG MUNGKIN ADA:: Sebagian besar penderita PE tidak merasakan keluhan Sebagian merasa bahwa kesehatannya baik-baik saja dan terheran-heran tatkala tiba-tiba disuatu saat banyak orang berada disekitarnya setelah dia sadar dari coma pasca kejang. KELUHAN YANG MUNGKIN ADA: SAKIT KEPALA HEBAT (terutama di daerah frontal, namun kadang-kadang juga di daerah osipital ) tidak hilang dengan analgesik. GANGGUAN VISUS ( kabur dan skotoma ) NYERI ULUHATI ( epigastium kanan atas ) akibat regangan Glisson Capsule hepar. MAGNESIUM SULFAT: MAGNESIUM SULFAT MgSO4 larutan 40% (10 gram dalam 25 cc larutan) 5 cc diberikan intravena perlahan (dalam waktu 5 menit) 10 cc diberikan di bokong kiri 10 cc diberikan di bokong kanan Ulangi pemberian intramuskular dalam waktu 4 jam pada masing-masing bokong, hanya bila: Produksi Urine 25 ml per jam (eksresi MgSO4 melalui air seni) Frekuensi pernafasan 16 – 20 kali per menit Reflek patela positif Dengan dosis diatas kadar Magnesium Sulfat dalam darah = 4 – 7 mEq/L Bisa ditambahkan anaestesia 1 ml Lidocain 2%.
. Novita, Trias 2013-01-01 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Trichoderma sp dalam pengendalianpenyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca FakultasPertanian Universitas Jambi, perlakuannya terdiri dari: t0 = tanpa Trichoderma sp; t1 = 25 gTrichoderma sp/8 kg media; t2 = 50 g Trichoderma sp/8 kg media; t3 = 75 g Trichoderma sp/8 kgmedia; dan t4 = 100 g Trichoderma sp /8 kg media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichodermasp berperan dalam mengendalikan penyakit layu.
Dwiastuti, Mutia Erti; Fajri, Melisa N; Yunimar, Yunimar 2015-01-01 Layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. Merupakan salah satu penyakit penting tanaman stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.) di daerah subtropika, yang dapat menggagalkan panen. Penelitian bertujuan untuk mempelajari potensi Trichoderma spp. Dalam mengendalikan Fusarium spp. Isolat Trichoderma spp. Diisolasi dari rizosfer tanaman stroberi dan Fusarium spp.
Diisolasi dari tanaman stroberi yang mengalami layu fusarium. Isolat cendawan dimurnikan, dikarakterisasi, dan dibandingkan dengan isolat c. Albertus Sudirman 2011-07-01 Full Text Available The aim of this research was to study the inhibiting ability of Trichoderma sp.
To control fusarium wilt of banana in greenhouse condition. The experiments consisted of the antagonism test between Trichoderma sp. And Fusarium oxysporum f.sp. Cubense (Foc in vitro using dual culture method and glass house experiment which was arranged in 3×3 Factorial Complete Randomized Design. First factor of the latter experiment was the dose of Trichoderma sp. Culture (0, 25, and 50 g per polybag, second factor was time of Trichoderma culture application (2 weeks before Foc inoculation, at same time with Foc inoculation and 2 weeks after Foc inoculation. Trichoderma sp.
Was cultured in mixed rice brand and chaff medium. The disease intensity was observed with scoring system of wilting leaves (0–4. The results showed that Trichoderma sp. Was antagonistic against Foc in vitro and inhibited 86% of Foc colony development. Mechanism of antagonism between Trichoderma sp.
And Foc was hyperparasitism. Trichoderma hyphae coiled around Foc hyphae. Lysis of Foc hyphae was occurred at the attached site of Trichoderma hyphae on Foc hyphae.
Added banana seedling with Trichoderma sp. Culture reduced disease intensity of Fusarium wilt. Suggested dose of Trichoderma culture application in glass house was 25 g/polybag, given at the same time with Foc inoculation.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Trichoderma sp. Untuk pengendalian penyakit layu fusarium pisang di rumah kaca. Penelitian meliputi pengujian daya hambat Fusarium oxysporum f.sp. Cubense (Foc in vitro dan kemampuan menekan intensitas penyakit di rumah kaca.
Penelitian in vitro meliputi uji antagonisme dan mekanismenya yang dilakukan secara dual culture. Uji pengaruh Trichoderma sp. Terhadap penyakit layu Fusarium dilakukan di rumah kaca dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah dosis biakan Trichoderma sp., dengan tiga aras (0, 25, 50 g/per bibit dalam polibag.
Faktor kedua. Bukhari Bukhari 2018-02-01 Full Text Available Penelitian ini dilakukan di Pante Cermin Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie.
Pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2015, dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan Trichoderma sp terhadap pertumbuhan beberapa jenis bibit Pisang (Musa Paracica L. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK pola faktorial dengan faktor yang diteliti adalah Jenis pisang dan dosis trichoderma. Kedua faktor terdiri dari 4 taraf yaitu: Pisang Barangan (J1,pisang Ambon (J2, pisang Raja (G3 dan pisang Geupok (J4. Sedangkan dosis Tricoderma sp yaitu:TO = 0 g/ bibit T1 = 15 g/ bibit T2 = 30 g/ bibit dan T3 = 45 g/ bibit. Sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali, yang menghasilkan 48 satuan percobaan.
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit pisang, dilakukan analisis ragam (Uji F dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisul pertumbuhan bibit pisang yang baik diantara 4 jenis yang diteliti ditunjukkkan oleh pisang Barangan namun secara statistika tidak berbeda dengan pisang 3 jenis pisang lainnya. Namun pemberian trichoderma sampai umur 4 bulan belum memeperlihatkan pertumbuhan dan intensitas serangan yang berbeda nyata, sehingga harus diperpanjang masa penelitian menjadi 6 Bulan. Setelah 6 bulan penelitian ternyata telah ada perbedaan pertumbuhan dan intensitas serangan, dimana intensitas serangan yang paling besar diperlihatkan oleh T0 (tanpa pemberian trichoderma.
Sedang intensitas serangan terkecil diperlihatkan oleh T3 (Dosis trichoderma sp 45 gr/bibit pisang. Jenis pisang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan Intensitas serangan layu fusarium. Serta interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit pisang dan intensitas serangan penyakit layu. Christanti Sumardiyono 2015-07-01 Full Text Available Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum f. Cubense (Foc is the most destructive disease of banana. Until today this disease has not been successfully controlled. Fusaric acid is a toxin produced by Foc.
Tyloses produced in xylem that caused wilting and yellowing of banana plants, inhibit soil nutrition and water stream. The study carried out previously showed that enriched fusaric acid in banana culture induced the resistance of banana seedlings against Foc. The signal of induced resistance increased the phenolic compounds. One of the phenolic compounds is salicylic acid. The aim of this study was to detect induced resistance of banana plant from tissue cultured enriched with fusaric acid. The experiment was done in the field highly infected with Foc.
Observation of resistance was done by measuring disease percentage of yellowing and wilting leaves.Tyloses produced in xylem was observed microscopically from cross section of root. Root damage intensity was counted using tyloses score.
Salicylic acid content of root was analyzed with phenolic compounds method using HPLC. The results showed that banana plants from enriched tissues culture with 1.165 ppm of fusaric acid increased the resistance against Foc, but salicylic acid was not detected. Salicylic acid was only detected at low concentration (2 ppb in moderate resistant banana roots from induced plants with 9.32 ppm of fusaric acid. The chromatogram showed three peaks of unknown phenolic compounds. Tyloses intensity was not related with induced resistance of banana against fusarium wilt. Advanced research is needed with more plants samples.
It was suggested to identify the phenolic compounds which were detected in induced resistant plant. INTISARI Layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. Cubense (Foc adalah penyakit yang sangat merusak pada pisang dan belum dapat dikendalikan secara tuntas. Gejala berupa kelayuan daun karena tersumbatnya xilem karena pembentukan. Sudirman, Albertus; Sumardiyono, Christanti; Widyastuti, Siti Muslimah 2011-01-01 The aim of this research was to study the inhibiting ability of Trichoderma sp. To control fusarium wilt of banana in greenhouse condition.
The experiments consisted of the antagonism test between Trichoderma sp. And Fusarium oxysporum f.sp. Cubense (Foc) in vitro using dual culture method and glass house experiment which was arranged in 3×3 Factorial Complete Randomized Design. First factor of the latter experiment was the dose of Trichoderma sp. Culture (0, 25, and 50 g per polybag), second.
Loekas Soesanto dan Ruth Feti Rahayunia. 2011-11-01 Full Text Available Induced resistance of Ambon Kuning cultivar banana seedling to fusarium wilt with antagonistic fungi. A research aiming at knowing the effect of antagonistic fungi supernatant on banana induced resistance, Fusarium wilt development, and banana growth was carried out from July up to December 2008. Randomized Block Design was used with four replicates. Treatments tested were control, with supernatant of Gliocladium virens, Trichoderma harzianum isolated from banana, ginger, and ginseng, Trichoderma koningii, and Fusarium equiseti, applied by injection to banana seedling corm and soaked for five minutes. Variables observed were incubation period, disease severity, Foc population density, germination inhibition, growth component, phenolic compound content, and supporting component.
Result of the research indicated that the supernatant of G. Harzianum, and T. Koningii could significantly induce resistance of the seedling showed by increasing the phenolic content such as glycoside, saponin, and tannin. The supernatant of all antagonistic fungi could effectively control the disease showed by lengthening incubation period as 48.71%, decreasing the disease severity as 53.57%, decreasing infection rate as 61.48%, increasing the antagonistic effectivity as 51.26%, decreasing the late population density as 45.35%, and decreasing the inoculum inside the plant as 60-100%. The extract could improve the seedling growth. Mukarlina; Khotimah, Siti; Rianti, Reny 2010-01-01 Fusarium spp., the causal agent of Fusarium wilt disease, infect sweet pepper inflicting damages on the roots, stems, leaves, flowers, and fruits. Infection of Fusarium spp.
On some crops can be controlled by using Trichoderma harzianum as a biological control agent. The aims of this study were to determine: 1) the species of Fusarium infecting sweet pepper; and 2) the in vitro antagonistic potential of T.
Harzianum in controlling Fusarium spp. The study was conducted fr. Uswatun Hasanah 2017-03-01 Full Text Available Tomato has an important role to fullfil the nutrition of society. The most important problem in the cultivation of tomatoes is fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum it will attacking the plants from nursery to adult. One of the alternative control is use the Vesicles Arbuscular Mycorrhizae (VAM. The success of VAM infection in plants is determined by the dose and the inoculation.
The aim of this research is to determine the effect of dose and mixture VAM inoculation to against the emergence of fusarium wilt in tomato plants and to determine the dosage mixture VAM inoculation as the most effective way for controlling fusarium wilt in tomato plants. The method of this research used experimental with completely randomized design. The experimental treatment consists of two types of treatment that are combined with used 5 doses of VAM mixture (0 g/plant, 10 g/plant, 12,5 g/plant, 15 g/plant, 17,5 g/plant and used two ways of inoculation ( inoculation when the seed is planted and inoculation when transplanting the seeds. Each treatment was repeated 3 times and each test are three plants. The parameters was observed the incubation period of the disease and the intensity of fusarium wilt as the main parameter and the measurement of pH, temperature, humidity room, and the degree of infection as supporting parameters. The results of this research showed that the dosage and inoculation of VAM mixture is not able to reduce the emergence of fusarium wilt on tomatoes, but it was able to extend the incubation period of fusarium wilt on tomato plants a dose with 10 g /plant inoculated plants when the seeds are planted and inoculation when transplanting the seeds. Najmah Farhati 2017-09-01 Full Text Available Melon (Cucumis melo L.
Has economic potential to be cultivated because the fruit contains protein, fat, carbohydrate, calcium, phosphor, fiber, iron, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, and niacin. Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum will decrease melon crop production. One of controlling method to Fusarium wilt diseases on melon plants which safe for environtmental by using biological control. One of microorganisms which can be biological control agent is Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM.
This research use experimental method with a Completely Randomized Design (CRD. The experimental treatment consists of two types of treatment which combine 5 doses of VAM mixture ( 0 g/plant, 10 g/plant, 12,5 g/plant, 15 g/plant, 17,5 g/plant and two inoculation method VAM is inoculated when seeds are planted and inoculation when the seedlings are replanted.
Each treatment was repeated 3 times and each unit consist of three plant, so there are 30 units of experiments or 90 plants. The main variabels are observed consist of the incubation periode of the disease and the intensity of fusarium wilt and the supporting variabels consist of pH, temperature, humidity, and the scale of infection. The mixed MVA 15 g/plant dosage inoculated when seeds are planted and 15 g/plant dosage inoculated when the seedlings are replanted is the most effective to suppress incubation period of Fusarium wilt disease. Nurbailis 2011-11-01 Full Text Available The aims of the research were to determine the best organic matter as carrier for growth and increasing the density of Trichoderma viride strain TV-T1sk (TV-T1sk and its influence on Fusarium wilt disease development on banana seedling.
This research consisted of two experiments, i.e. Growth testing of TV-T1sk in various organic matter, (2. Various organic matter testing for increasing the density of TV-T1sk in banana rhizosphere and its influence on Fusarium wilt desease development. The treatments were various organic matter, namely rice straw, sugar cane pulp, rice bran+banana plant waste, hull of rice+sugar cane pulp and rice. The variables observed were density and viability of conidia on various organic matter.
Propagule density after introduction to banana rhizosphere was determined by observing TV-T1sk propagul from the rizosphere of banana seedling. The influence of density on Fusarium wilt disease development was determined by incubation period, the percentage of symptomized leaves and the intensity of corm damage. The results showed that both sugar cane pulp and rice were the best organic matter for increasing the growth and the density of TV-T1sk after introduction to banana rhizosphere. The density of TV-T1sk propagule on banana rhizophere influenced the development of Fusarium wilt disease. Arie Ramadhina, Arie Ramadhina; Lisnawita, Lisnawita; Lubis, Lahmuddin 2013-01-01 The use of antagonism fungus of Trichoderma sp.
And Gliocladium sp. For controlling wilt( Fusarium oxysporum) in red onion plants. The aim of the research was to know the effectiviness ofantagonism fungus of Trichoderma sp. And Gliocladium sp. In controlling wilt in red onion plants.The research used non-factorial RAK (random group design) with eight treatments: control, 10grams of F. Oxysporum, 12 grams of Trichoderma sp., 18 grams of Trichoderma sp., 24 grams ofTrichoderma sp., and 12 grams.
NURI MANDAN SARI 2014-01-01 Full Text Available A research was conducted to isolate Streptomyces sp. Of soil Udayana University campus in theBukit-Jimbaran, to obtain the most effective Streptomyces sp. Which is effective in inhibit the growth of Fusarium oxysporum f.sp. Lycopersici, and to test response of tomato plants with Streptomyces sp.culture against Fusarium wilt desease. Implementation phases of the research consisted of isolation andidentification of Streptomyces sp, test the inhibition against F. Oxysporum f.sp.
Lycopersici, and in vivotest used by dyeing the roots of the tomato plant (Solanum lycopersicum with Fusarium spores andafter 30 seconds the roots were dyeing Streptomyces culture. Furthermore, sterile soil in polybagwatered by Fusarium spores and Streptomyces culture at the same time. Based on morphologicalcharacteristic it found five isolates of Streptomyces sp. The antagonist test showed Streptomyces sp.1 had ability (75% against Fusarium, Streptomyces sp 2 (68,3%, Streptomyces sp.
3 (71,6%,Streptomyces sp. 4 (63,3%, and Streptomyces sp. All Streptomyces suppressed thegrowth of Fusarium on tomato plants in glass house (p. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno 2013-05-01 Full Text Available One of the important pathogens on tomato is Fusarium sp. Causing wilt and fruit rot. This study aims to investigate the potency of water spinach (Ipomea aquatica as a biofungicide for inhibiting growth and development of tomato fruit rot caused by Fusarium sp.
This study showed inhibiting ability of I. Aquatica stem extract to Fusarium sp. Growth ranges from 3.40% to 8.67%, while inhibiting ability of leaves extract can reach 3.40% to 45.55%. Resistance induction test showed that in vitro treatment of I. Aquatica leaves extract 20% can lengthen incubation time of Fusarium fruit rot compared to positive and negative control. Leaves extract of I. Aquatica 20% is potential as biofungicide.Key words: biofungicide, Fusarium sp., Ipomea aquatica.
Umi Sallamatul Isniah 2015-02-01 Full Text Available Fusarium oxysporum f. Cepae causing basal rot disease is one of an important constrains in shallot productions. Result from several studies showed that non-pathogenic F.
Oxysporum was very potential to control fusarium basal rot in shallot. This study was conducted to explore non-pathogenic isolates of F. Oxysporum from shallot fields which might be effective for controlling basal rot disease. Eighteen out of 21 isolates did not cause any disease symptom, they even promoted shallot growth when inoculated onto bulbs.
Three out of 18 selected isolates, i.e. P13a, T14a, and P21a were the most effective isolates in controlling the disease in two consecutive experiments with level of efficacy ranges from 61.2% to 83.3%. This level of efficacy was higher than those of fungicide (benomyl treatment. I Gede Rai Maya Temaja 2018-01-01 Full Text Available Stewart’s wilt is a serious disease of sweet corn (Zea mays. The typical symptoms of the disease are pale-green to yellow linear streaks parallel to the veins. The symptoms were observed on sweet corn in Denpasar, Tabanan, Gianyar, and Karangasem areas during a survey in 2015. Pathogen detection based on a polymerase chain reaction was carried out using total DNA obtained from symptomatic leaf samples and the pairs of primers, CPSL1/CPSR2c.
The expected sized (1100 bp amplicon was detected in samples from Denpasar. Sequence analysis confirmed that Stewart’s wilt disease symptoms are caused by Pantoea stewartii subsp. Nucleotide sequence and phylogenetic analysis showed that P. Stewartii subsp. Stewartii from Bali has high homology (98.97-99.08% and placed in the same clade with isolates from Canada, USA and Japan. This is the first report of P.
Stewarti subsp. Stewartii on corn in Bali. I Gede Rai Maya Temaja; G.N. Alit Susanta Wirya; Ni Made Puspawati; Khairun Nisak Syahdu 2018-01-01 Stewart’s wilt is a serious disease of sweet corn (Zea mays). The typical symptoms of the disease are pale-green to yellow linear streaks parallel to the veins. The symptoms were observed on sweet corn in Denpasar, Tabanan, Gianyar, and Karangasem areas during a survey in 2015.
Pathogen detection based on a polymerase chain reaction was carried out using total DNA obtained from symptomatic leaf samples and the pairs of primers, CPSL1/CPSR2c. The expected sized (1100 bp) amplicon was detected. Endang Nurcahyani 2013-09-01 fungus has been initiated by in vitro selection on medium containing fusaric acid. The aims of this research were: (1 to investigate effective concentration of fusaric acid used for in vitro selection, (2 to characterize mutants which have been set up and also to test those mutants for their resistance to the fungus. The results showed that: (1 fusaric acid at the concentration of 110 ppm effectively suppressed the disease intensity up to 25% compared to the concentration of 90 ppm and 100 ppm. In other words, 110 ppm of fusaric acid has increased the category criterion from moderate to resistant, (2 there was an increase of the total phenol content and thickness of lignin in vanilla stem, and (3 the protein profile of vanilla plantlet was different from the control. There was an initiation of a new band of about 18 kD in a mutant predicted as a protein which is responsible for vanilla resistance to Fusarium.
Thrane, Ulf 2014-01-01 The genus Fusarium is one of the most important mycotoxigenic fungal genera in food and feed. Nearly all species are able to produce mycotoxins of which many are under international regulation. Well-known Fusarium mycotoxins are fumonisins, zearalenone, deoxynivalenol, and additional trichothecenes. Arif Wibowo 2011-12-01 Full Text Available The objective of this study was to identify the causal agent of some dragon fruit disease emerging in Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY and Central Java.
Samples were taken from the dragon fruit plantation from the district of Sleman and Kulonprogo, Province of Daerah Istimewa Yogyakarta as well as Magelang, Province of Central Java. Isolation of pathogen from symptomatic plant tissue was performed on Potato Dextrose Agar (PDA for fungi and Nutrient Agar (NA for bacteria and continued with Koch's postulates testing. The results of field observation showed that the disease commonly occured in all 3 plantations of dragon fruit were stem rot caused by Erwinia sp. And scab caused by Pestalotiopsis sp. Other miscellaneous diseases found among the plantations were brown spot ( Fusarium sp., anthracnose (Colletotrichum sp., mosaic that might be caused by Cactus Virus X, root knotnematode (Meloidogyne sp., black rot and red spot which were still unidentified. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit-penyait penting pada tanaman buah naga yang ditanam pada sentra pertanaman buah naga di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY dan Jawa Tengah, serta untuk mengidentifikasi penyebab penyakit penting tersebut. Sampel tanaman buah naga diambil dari pertanaman buah naga di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo untuk Provinsi DIY serta Magelang untuk Propinsi Jawa Tengah.
Isolasi patogen dari jaringan tanaman bergejala dilakukan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA untuk jamur dan Nutrient Agar (NA untuk bakteri serta dilanjutkan dengan uji Postulat Koch. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyakit yang umum terdapat di 3 lokasi pertanaman buah naga tersebut adalah busuk batang yang disebabkan oleh Erwinia sp. Dan kudis yang disebabkan oleh Pestalotiopsis sp. Adapun penyakit-penyakit lain yang dijumpai antara lain bercak coklat ( Fusarium sp., antraknosa (Colletotrichum sp., mosaik yang kemungkinan disebabkan oleh Cactus Virus X, puru akar. Woro Riyadina 2013-02-01 Full Text Available Penyakit stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok umur diatas usia 45 tahun terbanyak di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan utama yang berhubungan dengan penyakit stroke pada masyarakat di kelurahan Kebon Kalapa Bogor.
Analisis lanjut terhadap 1.912 responden subset baseline data penelitian “Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” Data dikumpulkan dengan metode wawancara pada penduduk tetap di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor tahun 2012. Diagnosis stroke berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dokter spesialis syaraf. Variabel independen meliputi karakteristik sosiodemografi, status kesehatan dan perilaku berisiko. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.
Penyakit stroke ditemukan pada 49 (2,6% orang. Determinan utama stroke meliputi hipertensi (OR = 4,20; IK 95% = 2,20 – 8,03, penyakit jantung koroner (OR = 2,74; IK 95% = 1,51 – 4,99, diabetes melitus (OR = 2,89; IK 95% = 1,47 – 5,64, dan status ekonomi miskin (OR = 1,83; IK 95% = 1,03 – 3,33. Pencegahan penyakit stroke dilakukan dengan peningkatan edukasi (kampanye/penyuluhan melalui pengendalian faktor risiko utama yaitu hipertensi dan pencegahan terjadinya penyakit degeneratif lain yaitu penyakit jantung koroner dan diabetes melitus. Stroke disease is the leading cause of death and chronic disabi lity in most over the age of 45 years in Indonesia. The aim of study was to identify the major determinants of stroke disease in Kebon Kalapa community in Bogor.
A deep analyze was conducted in 1.912 respondents based on the subset of baseline data “Risk Factors Cohort Study of Non Communicable Diseases.” Data was collected by interviews on Kebon Kalapa community, Bogor in 2012. Stroke diagnosis was determined by anamnesis and neu-rological examination with specialist. Independent variables were sociodemographic characteristics, health status and risk behavior. Haliatur Rahma 2017-04-01 Full Text Available Potential of endophytic bacteria to control stewart wilt disease (Pantoea stewartii subsp. Stewartii in maize. The purpose of this study was to explore endophytic bacteria from seedling, maize roots and grass roots as well as to test the ability of endophytic bacteria which could potentially suppress stewart wilt disease development in maize. Characterization of endophytic bacteria as biocontrol agents including: do not induce HR on tobacco, synthesize IAA, dissolve phosphate, produce siderophores, and antibiotic to Pantoea stewartii subsp.
Stewartii (Pnss. The results of research shoed 17 isolates of endophytic bacteria potentially as candidate biocontrol agents. Nine isolates were able to produce IAA, siderofores and phosphatase; two isolates produce IAA and phosphatase; six isolates produce IAA. Six isolates ie: AR1, AJ34, AJ15, AJ19, and AJ14 AN6, can increase maize plant resistance and suppress stewart wilt disease severity with a range of 48.95-55.60%. Agus Eko Prasetyo 2017-09-01 Full Text Available Coconut is a major commodity in Derawan island as source of additional income for the farmers. Research was conducted to detect and identify phytoplasmas associated with coconut wilt disease in Derawan island. Coconut wilt disease was indicated by the typical symptoms, i.e.
Leaf yellowing, shorten of coconut sheaths and leaves, necrosis and collapse of old leaves, and also nut fall. The presence of phytoplasmas in phloem tissues of coconut stem was observed using fluorescence and electron microscope. Identification of phytoplasmas was carried out by nested-PCR and sequencing of the 16S rRNA gene. DNA fragment of phytoplasma with the size of 1.25 kbp was successfully amplified using primer pairs P1/P7, followed by primer pairs R16F2n/R16R2. Sequence analysis of the amplified fragments showed that phytoplasma associated with coconut wilt disease in Derawan island belongs to 16SrII (witches broom phytoplasma and 16SrXI (ca. Phytoplasma oryzae groups.
Wijaya 2013-12-01 Full Text Available Training on ginger wilt diseases was held at Taro village, Gianyar regency on 18 st July 2013. The activitiesaimed how to know control of ginger wilt diseases. The training was attended by 25 participants from local farmergroups of Taro village.
The methods used in activities were lectures, demonstration and practice in the gingerfield. All participants participated enthusiastically and hope they have the next intensive training again. Putu Agus Grantika 2015-10-01 Full Text Available Penyakit Parkinson merupakan suatu kelainan degeneratif sistem saraf pusat yang disebabkan olehaktivitas neuron dopaminergik yang sangat berkurang, terutama di daerah pars kompakta dari nigrasubstantia. Penyakit Parkinson menampilkan gejala motor dan gejala nonmotor yang meliputi berbagaidomain termasuk gejala-gejala di bidang psikiatri.Gejala psikiatri pada penyakit Parkinson seringterjadi bahkan pada tahap awal penyakit, dan memiliki konsekuensi penting terhadap kualitas hidupdan fungsi sehari-hari. Gejala psikiatri yang paling sering muncul pada penyakit Parkinson adalahpsikosis, depresi, dan kecemasan.
Patofisiologi gangguan neuropsikiatri ini sangat kompleks danmultifaktorial, melibatkan proses neurodegeneratif, mekanisme psikologis dan efek yang berkaitandengan pengobatan farmakologis. MEDICINA 2015;46:28-32.Parkinson?s disease is a degenerative disorder of the central nervous systemdue togreatly reduced ofthe activity of dopaminergic neurons, especially pars compacta area in the substantia nigra.
Parkinson?sdisease show motor and non-motor symptoms that include a variety of domains, including psychiatricsymptoms. Psychiatric symptoms in Parkinson?s disease often occur in the early stages of disease, andhas important consequences for the quality of life and daily functioning. The most frequent psychiatricsymptoms appear in Parkinson?s disease are psychosis, depression, and anxiety.
Pathophysiology ofneuropsychiatric disorders are complex and multifactorial, involving neuro degenerative processes,psychological mechanisms and associated with the effects of pharmacological treatment. Aulia, Fatimatul; Susanti, Hilda; Fikri, Edwin Noor 2016-01-01 The research about the effect of applications biofertilizer and mycorhiza to intensity attack of bacterial wilt disease, growth, and yield of tomato was conducted in trial garden of Agriculture Faculty Lambung Mangkurat University from November 2015 until February 2016. The experiment was arranged in a completely randomized design with one factor, four treatments (no treatment (control), biofertilizer, mycorhiza, and biofertilizer + mycorhiza), and five replications. The results of experimen. Haliatur Rahma 2014-03-01 Full Text Available Disease incidence of Stewart’s wilt on the seed and response of several maize varieties to Pantoea stewartii subp.
Stewart’s wilt disease of maize is caused by Pantoea stewartii subsp. This bacterium is seed-borne pathogens, when attacked maize caused yield lost 40-100%.
The objective of this research was to detemine the incidence level of stewart’s wilt disease, growth of some varieties of maize and their response to stewart’s wilt pathogens Pantoea stewartii subsp. The research was conducted in the Laboratory of Bacteriology and Greenhouse Cikabayan IPB from November 2011 to March 2012. In experiment I, nineteen samples of maize were used for symptom test in the maize seedling stage, using Randomized Block Design with three replications. Experiment II used a Randomized Block Design with 2 factors: maize varieties (8 hybrids varieties, 3 open pollinated varieties, and 7 sweet corn varieties and bacteria isolates (BGR 2, BGR 4, BGR 28, BGR7 and PSM 27, with three replications. The results showed in experiment I, the incidence of stewart’s wilt disease ranged 2.00 – 15.33%, germination and vigor index of maize seed were 68.00 – 95.33% and 55.33 – 90.67% respectively. While in experiment II, hybrid and open pollinated of maize varieties were resistant to moderately susceptible while all sweet corn varieties were susceptible to infection of Pantoea stewartii subsp. Sri Winiarti 2008-07-01 Full Text Available Dalam konsep pelacakan dalam mencari solusi dengan pendekatan artificial inteligent, ada berbagai metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ketidakpastian saat proses pelacakan terjadi.
Salah satunya adalah teorema bayes. Adanya ketidakpastian pada proses pelacakan dapat terjadi karena adanya perubahan pengetahuan yang ada di dalam sistem. Untuk itu diperlukan adanya suatu metode untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini telah diterapkan suatu metode untuk mengatasi ketidakpastian dengan teorema Bayes pada kasus pelacakan untuk mendiagnosa penyakit pada THT (Telinga,Hidung dan Tenggorokan. Subjek pada penelitian ini adalah proses pelacakan untuk menentukan penyakit THT dengan model penalaran forward chaining dan metode kepastiannya menggunakan teorema bayes dengan cara menghitung nilai probabilitas suatu penyakit dan membandingkan probabilitas setiap gejalanya. Model pengembangan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waterfall. Metode Waterfall diawali dengan analisis data, perancangan sistem, pengkodean menggunakan Visual Basic 6.0, pengujian sistem dengan black box test dan alfa test.
Dari penelitian yang dilakukan menghasilkan sebuah perangkat lunak yaitu yang mampu menentukan penyakit pada THT dengan menerapkan metode bayes untuk mengatasi ketidakpastian. Hasil uji coba sistem menujukkan bahwa aplikasi ini layak dan dapat digunakan. Kata kunci: Penyakit, THT, Teorema Bayes. Sri Winiarti 2012-05-01 Full Text Available Dalam konsep pelacakan dalam mencari solusi dengan pendekatan artificial inteligent, ada berbagai metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ketidakpastian saat proses pelacakan terjadi. Salah satunya adalah teorema bayes. Adanya ketidakpastian pada proses pelacakan dapat terjadi karena adanya perubahan pengetahuan yang ada di dalam sistem.
Untuk itu diperlukan adanya suatu metode untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini telah diterapkan suatu metode untuk mengatasi ketidakpastian dengan teorema Bayes pada kasus pelacakan untuk mendiagnosa penyakit pada THT (Telinga,Hidung dan Tenggorokan. Subjek pada penelitian ini adalah proses pelacakan untuk menentukan penyakit THT dengan model penalaran forward chaining dan metode kepastiannya menggunakan teorema bayes dengan cara menghitung nilai probabilitas suatu penyakit dan membandingkan probabilitas setiap gejalanya. Model pengembangan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waterfall. Metode Waterfall diawali dengan analisis data, perancangan sistem, pengkodean menggunakan Visual Basic 6.0, pengujian sistem dengan black box test dan alfa test. Dari penelitian yang dilakukan menghasilkan sebuah perangkat lunak yaitu yang mampu menentukan penyakit pada THT dengan menerapkan metode bayes untuk mengatasi ketidakpastian.
Hasil uji coba sistem menujukkan bahwa aplikasi ini layak dan dapat digunakan. Dewi saputri 2008-01-01 Hipoplasia enamel merupakan gangguan pada masa pemhentukan matriks organik yang menyebabkan gangguan struktur pada enamel sehingga secara klinis terlihat pada suatu bagian dari gigi tidak terbentuk enamel dan kadang-kadang sama sekali tidak terbentuk enamel, serta diikuti dengan perubahan warna pada gigi. Dikenal berbagai faktor penyebab hipoplasia enamel, salah satunya adalah penyakit eksantema yaitu menyebabkan infeksi pada bayi dan anak-anak. Gambaran histopatologis hipoplasia enamel adala. I Made Kardena 2016-03-01 Full Text Available Dokter hewan praktisi seringkali mengabaikan dampak psikologi hewan terhadap kondisi kesehatan hewan. Penatalaksanaan penyakit hewan selalu dikaitkan dengan tindakan medis veteriner. Namun kenyataannya timbulnya gejala klinis penyakit seperti anoreksia, diare, dan demam tidak selalu disertai dengan penyebab yang jelas.
Hal ini kemungkinan besar terkait dengan kondisi psikologi hewan. Psikoneuroimunologi (PNI merupakan cabang ilmu kedokteran yang merupakan gabungan dari ilmu psikologi, neurologi, endokrinologi serta imunologi yang memiliki paradigm sendiri. PNI mengkaji bagaimana sistem imun tubuh merespon keadaan homeostasis dan patologis dipengaruhi oleh keadaan psikologis. Hubungan otak dengan sistem imun terjadi melalui sel di HPA axis (hipotalamo-pituitary-adrenal axis, yang melibatkan hormon sitokin, dan melalui sel di jalur ANS (autonomic nervous system. Berbagai macam stresor ini akan mengaktifkan hipotalamus mensekresikan CRH, yang kemudian merangsang pituitary menghasilkan ACTH. ACTH kemudian berikatan dengan reseptornya di kelenjar adrenal untuk menginduksi sekresi Epinefrin (EPI dan Norepinefrin (NE. Sudah dipahami bahwa limfosit memiliki reseptor untuk EPI dan NE sehingga stres ini akan mengakibatkan modulasi imunitas.
Psikologi menjadi kajian yang sangat penting dalam dunia kedokteran hewan terkait dengan modulasi imun akibat psikologi. Oleh karena itu pengembangan Psikoneuroimunologi dalam tatalaksana penyakit pada hewan menjadi sangat penting, disamping penanganan medis.
Martha Adelina Simarmata 2009-01-01 Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang terjadi akibat degenerasi sel-sel atau sistem dalam tubuh kita, Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi kencing manis merupakan penyakit degeneratif yang dapat dicegah sedini mungkin melalui pola hidup sehat seperti: tidak merokok, tidak minum alkohol, olah raga secara rutin, menghindari stress, istirahat yang cukup, makanan sehat dan seimbang serta menghindari kegemukan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuant. Siti Sapardiyah Santoso 2012-09-01 Full Text Available Penelitian telah dilakukan di Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Koja, Jakarta Utara, mengenai perilaku dan sosial budaya dalam penanggulangan penyakit shigella (disentri. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat Jakarta Utara mengenai penyakit shigella (disentri. Rancangan penelitian cross sectional.
Responden berumur diatas 22 tahun laki-laki dan perempuan dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan koesioner terstruktur kepada 500 responden (250 laki-laki dan 250 wanita. Analisis data menggunakan SPSS. Hasil, menurut responden laki-laki dan perempuan. Masyarakat menganggap serius penyakit shigella (disentri berkisar antara 72,4% - 77,6%. Masyarakat cukup peduli terhadap penyakit tersebut berkisar antara 59,6% - 63,2%.
Masyarakat menganggap sakit shigella (disentri lebih berat dari penyakit diare lainnya berkisar antara 67,2% - 71,2%. Kelompok mudah terserang penyakit tersebut adalah balita berkisar antara 85,2% - 86,6%, anak 6 -14 tahun berkisar antara 79,2% -80,8%, bayi 0-1 tahun berkisar antara 79,6% - 86,4%. Lama waktu sembuh yang mengatakan seminggu berkisar antara 54,0% - 55,6%. Penyakit tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi keluarga dan dianggap serius berkisar antara 52,4% - 53,6%. Biaya bila sakit shigella (disentri ringan maupun berat dianggap mahal berkisar antara 33, 6% - 39,2%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat menganggap peduli dan serius terhadap penyakit shigella (disentri karena dianggap lebih parah dari diare lainnya dan pengobatannya dianggap mahal baik shigella (disentri ringan maupun berat.
Rendy Sumali 2010-06-01 Full Text Available Badan kesehatan dunia (WHO pada tahun 2002 melaporkan bahwa lebih dari 7 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular. Prevalensi penyakit periodontal pun dapat mencapai sekitar 70% pada usia produktif. Mengingat besarnya prevalensi keduanya, ada baiknya kita mentelaah lebih dalam hubungan diantara keduanya. Penyakit periodontal merupakan penyakit peradangan yang berhubungan dengan sejumlah kecil bakteri anaeob negatif Gram yang terdapat pada plak supragingiva. Bakteri negatif Gram anaerob tersebut juga mempunyai peluang menjadi penyebab tiga penyakit sistemik, seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, dan masalah penggumpalan darah.
Penyakit kardiovaskular yang paling banyak dijumpai adalah penyakit jantung koroner dan hipertensi. Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner, jika ditelaah lebih dalam, periodontitis dan aterosklerosis keduanya mempunyai faktor risiko yang sama, seperti: merokok, umur, etnis, jenis kelamin laki-Iaki, hipertensi, hiperkolesterol dan stress. Hubungan antara hipertensi dan penyakit periodontal bahwa keduanya merupakan proses peradangan. Baik pada penderita hipertensi dan penyakit periodontal dijumpai adanya peningkatan kadar C-reactive protein (CRP, sitokin-sitokin peradangan seperti IL-6, IL-1, dan Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-a. C-Reactive Protein (CRP juga menstimulasi pelepasan monosit yang menghasilkan Intercellular Adhesion Molecule (ICAM -1 dan Vascular Adhesion Molecule (VCAM -1 yang berperan dalam proses aterosklerosis.
Disfungsi endotel pembuluh darah akibat proses aterosklerosis ini dapat memicu pengeluaran hormon Angiotensin /I (Ang II yang berperan dalam mengatur tekanan darah. Hipertensi dapat menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi pada jaringan periodontal, sehingga dapat mengakibatkan terjadi kelainan periodontal dan secara tidak langsung juga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Tati Suharti 2016-09-01 Full Text Available Salah satu faktor yang mempengaruhi daya berkecambah benih adalah serangan penyakit benih. Penyakit yang umumnya berupa cendawan terbawa benih dapat menimbulkan kerusakan pada benih diantaranya mutu dan daya simpan benih menjadi menurun. Teknik pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan penggunaan kemasan plastik yang hampa udara (vacum, sedangkan secara kimia dengan penggunaan fungisida benomil. Teknik pengendalian penyakit benih pilang selama penyimpanan yaitu dengan perlakuan pengepresan vacum.
Perlakuan ini dapat menjaga viabilitas benih dan menekan infeksi cendawan Aspergillus sp. Pada umur simpan 1 tahun, perlakuan ini menghasilkan daya berkecambah sebesar 47% dan persentase infeksi Aspergillus sp. Sebesar 18% sedangkan perlakuan plastik menghasilkan daya berkecambah sebesar 34,67% dan persentase infeksi Aspergillus sp. Syafruddin Side 2016-08-01 Full Text Available Penelitian ini membahas model matematika untuk penyebaran penyakit campak. Model matematika yang digunakan berupa model MSEIR dengan memperhatikan laju kelahiran tidak sama dengan laju kematian.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan model matematika epidemik MSEIR yang kemudian diterapkan terhadap penyebaran penyakit campak di kota Makassar pada tahun 2013 yang diperoleh langsung dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Pembahasan dimulai dari penentuan model MSEIR, titik equilibrium, stabilitas, bilangan reproduksi dasar dan kemudian dilakukan analisis data menggunakan program MATLAB 2013 yang bertuuan untuk mengolah data yang diperoleh. Dalam penelitian ini diperoleh dua titik equilibrium dengan nilai bilangan reproduksi dasar = 0,00001104, ini menunjukkan bahwa penyakit campak di kota Makassar akan menurun bahkan menghilang dalam kurun waktu 10 bulan kedepan. Ida Bagus Putu Sudarma Putra 2015-10-01 Full Text Available Pendataan penyakit pada masing-masing instansi kesehatan di Kabupaten Jembrana masih besifat manual sehingga hasil pendataan tidak langsung diterima pihak Dinas Kesehatan. Masyarakat umum yang berada di Kabupaten Jembrana belum bisa memperoleh informasi tentang data penyakit menular yang terdata di Kabupaten Jembrana. Penelitian ini akan merancang Sistem informasi Geografis (SIG dengan melakukan pendataan penyakit yang terdata di Kabupaten Jembrana.
Metode pembangunan sistem menggunakan model waterfall dengan beberapa tahapan yaitu Analisa Kebutuhan, Design Sistem, Coding & Testing dan Penerapan Program. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP, Javascript dengan dukungan web mapping Google Map API dan Fusion Table Layer. Hasil dari penelitian adalah sebuah sistem yang dapat melakukan pendataan penyakit pada masing-masing Instansi Kesehatan serta informasi pemetaan penyakit menular dengan menampilkan intensitas warna yang berbeda sesuai dengan besarnya penyakit yang terdata.
Informasi yang diterima juga dalam bentuk report dan grafik jumlah pendataan penyakit secara berkala sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan. Ratih Oemiati 2013-07-01 Full Text Available Abstrak Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK sangat kurang dikenal di masyarakat.
Di Amerika Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat didunia yaitu akan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%.
Selain itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005. Kajian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi PPOK, tingkat keparahan, serta untuk mengidentifikasi tipe PPOK, faktor risiko, morbiditas dan mortalitas, dampak PPOK dan biaya pengobatan.
Penelitian ini merupakan review PPOK berdasarkan data kepustakaan dan jurnal dengan fokus penulisan PPOK, yang meliputi; gejala, klasifikasi, prevalensi, faktor risiko, morbiditas dan mortalitas, dampak PPOK, pengobatan dan biaya pengobatan PPOK. Berdasarkan kajian tipe PPOK ada dua yaitu bronchitis kronik dan emphysema. Di Asia Tenggara diperkirakan prevalensi PPOK sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%dan RRC (6,5%. Faktor risiko antara lain merokok; polusi indoor, outdoor, dan polusi di tempat kerja; genetik; riwayat infeksi saluran napas berulang. Ada 4 indikator tingkat keparahan berdasarkan ATS (American Thoracic Society.
Keterbatasan aktivitas pada pasien PPOK, penurunan berat badan, peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis dan depresi merupakan akibat PPOK.Dibutuhkan sekitar $ 18 miliar biaya langsung dan biaya tidak langsung sekitar $14.1 miliar dalam penanggulangan PPOK di Eropa. Kata Kunci: PPOK, faktor risiko, mortalitas Abstract Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD was unknown diseases. It predicted 14 million COPD’s patient in 1991 in USA.
Usman Usman 2017-12-01 Full Text Available Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan (JST untuk diagnosa Penyakit Dalam dengan metode perceptron. Aplikasi ini dibuat untuk mengetahui keakuratan diagnosa Penyakit Dalam menggunakan JST perceptron dan mengimplementasikan JST perceptron berdasarkan gejala-gejala Penyakit Dalam ke dalam matlab dengan tampilan Graphical User Interface (GUI.
Penyakit Dalam yang dibahas sebanyak 9 Penyakit Dalam. Yaitu penyakit Asma bronchial, Anemia, Demam berdarah, Diabetes mellitus, Gagal Jantung, Tetanus, Hipertensi, Hepatitis, dan Tuberkolosis paru. Gejala penyakit dalam yang diambil berdasarkan data rekam medis penderita Penyakit Dalam dan data pasien yang berobat di Poli Penyakit Dalam RSUD Puri Husada Tembilahan. Dari hasil pelatihan (training terhadap 48 data, kecocokan keluaran jaringan dan target yang di inginkan yaitu penyakit dalam 100% dapat dikenali/sesuai dengan target yang di inginkan.
Dan hasil pengujian data baru sebanyak 10 kali pengujian menghasilkan keluaran sekitar 78,9% yang sesuai dengan target dan 21,1% yang tidak sesuai dengan target. Hasil pengujian dan pelatihan di implementasikan ke dalam GUI sebagai aplikasi dan user interface. Tengku Ayu Masitah 2009-01-01 Achondroplasia merupakan penyakit pertumbuhan tulang yang genetik (turunan) dan biasanya terjadi satu dari setiap 20.000 kelahiran. Achondroplasia sebagian besar berasal dari tipe dwarfism (kekerdilan).
Gambaran radiografi pada penderita Achondroplasia menunjukkan adanya pembesaran tengkorak, penyempitan foramen magnum, frontal bossing, penekanan nasal bridge, hipoplasia maksila, protrusi mandibula melebihi jarak normal, garis tengah muka hipoplasia, maloklusi, beberapa gigi permanen yang te. Indrayanti, Indrayanti; Sugianti, Devi; Al Karomi, Adib 2017-01-01 Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang mematikan. Penyakit yang juga dikenal dengan nama penyakit kencing manis ini terjadi akibat kadar glukosa di dalam darah terlalu tinggi. Diabetes Mellitus banyak diteliti di banyak negara pada saat ini karena peningkatan penderita yang banyak dan sangat mengkhawatirkan.
Menurut WHO saat ini lebih dari 246 juta jiwa menderita diabetes dan diperkirakan akan meningkat menjadi 380 juta jiwa pada tahun 2025 apabila tidak dilakukan penang. Thrane, Ulf; Adler, A.; Clasen, P.E. 2004-01-01 The production of mycotoxins and other metabolites by 109 strains of Fusarium langsethiae, Fusarium poae, Fusarium sporotrichioides, and F. Kyushuense was investigated independently in four laboratories by liquid or gas chromatography analyses of cultural extracts with UV diode array, electron.
Satrya Ayu Erawatie Prayudha 2012-12-01 Full Text Available Latar belakang. Kandidiasis mulut disebabkan oleh infeksi Candida.
Kondisi imunokompromais seperti DM merupakan salah satu faktor predisposisinya. Diabetes mellitus (DM merupakan penyakit metabolik yang sering tidak disadari dan menjadikan penderitanya rentan infeksi. Penulisan ini bertujuan untuk melaporkan kandidiasis mulut polimorfik pada pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi DM. Kasus dan penanganan. Seorang laki-laki 57 tahun datang ke Klinik Gigi dan Mulut, RSUP Dr. Sardjito mengeluhkan gangguan pengunyahan.
Keluhan dirasakan sejak 1 bulan terakhir akibat gigi sebalah kiri atasnya goyah. Pasien menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL sejak 5 tahun yang lalu. Sejak awal, GTSL susah dilepas sendiri oleh pasien.
Akhir-akhir ini, terdapat keluhan mulutnya gatal dan nafas berbau. Dilaporkan adanya penurunan berat badan hingga 9 kg pada 3 bula terakhir. Ekstra-oral normal, intra-oral tampak plak putih pada dorsum lidah, area eritematus pada palatum berhadapan dengan plat GTSL, gigi avulsi, luksasi disertai resesi. Berdasar anamnesis dan pemeriksaan klinis, lesi mulut mengacu pada kandidiasis mulut dan pasien dicurigai menderita DM. Rencana perawatan meliputi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, terapi antifungal, ortopantomogram (OPG dan konsultasi medis terkait kecurigaan DM. Penatalaksanaan lesi mulut meliputi debridasi dan Nystatin topikal. Dua minggu kemudian, lesi mulut menunjukkan perbaikan.
Hasil OPG dan kadar glukosa darah (KGD mengindikasikan latar belakang DM. Ekstraksi dilakukan setelah DM terkontrol diikuti pembuatan protesa. Fungsi mulut kembali normal dan diinstruksikan pengelolaan KGD. Temuan klinis kandidiasis mulut dapat digunakan sebagai indicator adanya gangguan sistemik, pada kasus ini adalah DM. Identifikasi dini lesi mulut terkait gangguan sistemik dapat membantu penderita untuk memperoleh perawatan sistemik lebih awal. Oral candidiasis is caused bt Candida infection.
Kadek Arditya Putra Mardana 2015-01-01 Full Text Available Penyakit ginjal kronik dikenal sebagai suatu kelainan dimana terjadi kerusakan dari struktur ginjal lebih dari 3 bulan yang disertai dengan penurunan LFG.